top of page
Search

DISEBALIK DIRIMU

Disaat aku mengatakan rembulan itu pantulan sang mentari, kau katakan tidak.


Disaat aku mengatakan langit itu kembar samudera, kau tetap dengan kata tidak.


Disaat aku mengatakan bumi itu sfera bentuknya, kau nekad dengan nafi.


Balasmu kepada aku,


"Rembulan itu ada sinarnya, dan biru samudera itu milik asalnya langit..."


Engkau diam sejenak.


"Lalu bumi?"


"Bumi itu bulat," balasmu yakin.


"Tapi..., " tidak habis bicaraku engkau cantas dengan balas.


"Biar salah kataku, kau akan imani.

Biar melanggar ketetapan logika, kau akan hidup di dalamnya.

Biar utopis hasrat dan anganku, kau akan maklumkan padaku bahwa ia makbul."


"Dalil sebabmu?" soalku bingung.


"Tiada dalil. Sebab dan alasannya tidak pula lain. Kerana aku kekasihmu."


"Haruskah begitu?"


"Tidak harus," balasmu.


"Lantas?" tanyaku yang bertambah bingung.


"Wajib," ujarmu sambil tersenyum sinis seraya melirik pandangan yang memaksud seribu kata pujuk.


Pertemuan denganmu ajaib,

Perkenalan kita aneh,

Kemesraan kita dimula kejanggalan.


Tapi aku tetap merasa kebahagiaan yang kau hadirkan.


Pohonmu yang ganjil lagi aneh kepadaku tidak pernah gagal membuatku tersenyum. Malah itulah bezanya engkau dengan gadis-gadis lain disekitar aku.


Tarikanmu tidak dapat ditafsir dangkal. Harus difikir dalam.  Walaupun tingkahmu sering membuat aku bingung, tapi disebalik itu ada rasa nyaman yang aku rasakan. Hidupku tidak suram bosan. Engkau lakarkan hidupku dengan personamu yang serba beza dari biasa. Engkau menjadi sebab aku ada. Persoalanmu memecah belenggu kesunyian hidupku.  BINTULU-MIRI, 22 JULAI 2020.

 
 
 

Comments


Post: Blog2_Post

©2020 by The Pemikir.

bottom of page